Air Limbah, Bagaimanakah Nasibmu?


Kita semua menggunakan air dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu di level rumah tangga, hingga level industri. Pernahkah kamu berpikir ke mana air bekas pakai itu mengalir? Di Indonesia seringkali kita melihat air limbah dari rumah atau pabrik mengalir bebas masuk ke selokan terbuka. Bukan mustahil, air tersebut turut membawa busa sabun, bahkan pewarna kain seperti air limbah pabrik tekstil di dekat sekolah saya dulu. Setelah dari situ, ke mana lagi? Kemungkinan besar dia akan mengalir ke sungai (dengan catatan tidak ada selokan yang tersumbat oleh sampah). Bisa kita bayangkan efek kerusakan yang ditimbulkan terhadap kualitas air dan ekosistem sungai. 

Nah, selama di Belanda saya tidak menemukan selokan terbuka, baik di jalan besar maupun di daerah perumahan. Lantas, ke mana air limbah mengalir? 

Semua air limbah rumah tangga mengalir melalui sistem perpipaan--panjangnya 90.000 km untuk seluruh Belanda--ke pabrik pengolahan air limbah (waste water treatment plant/wwtp). Di pabrik, air limbah diolah dan diberi perlakuan. Air limbah dari industri juga mengalir melalui pipa yang sama, setelah diberi perlakuan awal oleh perusahaan itu sendiri. 

Meski sudah ada sistem pengolahan air limbah yang mumpuni, bukan berarti masyarakat dan industri berlepas tangan. Peran mereka tetap dibutuhkan untuk meminimalkan kotoran yang masuk ke dalam saluran air limbah. Minyak, minyak bekas menggoreng, cat sisa, makanan sisa, dan obat-obatan adalah termasuk yang tidak boleh dibuang ke saluran air karena bisa menyumbat dan menghambat pemurnian. 


Teknologi pengolahan air limbah di Belanda

Bersama dengan Austria dan Jerman, Belanda termasuk ke dalam tiga negara Uni Eropa dengan standar ketat soal pengolahan air limbah perkotaan. Air yang dilepaskan kembali ke lingkungan, seperti untuk keperluan pertanian, sudah melalui standar keamanan terpercaya, terutama mengenai kandungan fosfat dan nitrogen. Meski teknologi pengolahan air limbah di Belanda sudah maju (dengan teknik anaerob), penelitian untuk menemukan teknik pengolahan yang lebih efektif terus berkembang. 

Setidaknya ada dua teknologi baru untuk mengolah air limbah secara aerob:

1. Menggunakan mikroorganisme baru, disebut dengan bakteri annamox, yang mengubah amonium menjadi nitrogen. Proses Annamox dikembangkan oleh Delft University of Technology dan dipasarkan oleh perusahaan teknologi air Paques. Pabrik pengolahan air limbah annamox pertama berada di Dokhaven, Rotterdam.

2. Dengan proses Nereda yang juga dikembangkan oleh Delft University of Technology dan dipasarkan oleh Royal HaskoningDHV. Nereda adalah teknologi pemurnian lumpur sehingga menghasilkan granula/butiran, alih-alih serpihan seperti proses pemurnian pada umumnya. Akibatnya lumpur lebih cepat dan lebih mudah mengendap. Teknologi ini meningkatkan efisiensi pemurnian, membutuhkan tempat yang lebih kecil (tangki pengendapan besar tidak diperlukan lagi), dan mengonsumsi energi yang relatif lebih kecil. Pabrik Nereda pertama beroperasi di wwtp Epe sejak 2012.




Material baru dari lumpur 

Namanya Kaumera. Terdengar unik dan eksotis, ya? Kaumera berarti bunglon dalam bahasa Maori, suku asli Selandia Baru. Kemampuannya untuk berubah warna dan beradaptasi terhadap lingkungan menjadikannya hewan yang fleksibel, efektif, dan adaptif. 

Sifat-sifat inilah yang kemudian menginspirasi nama Kaumera Nereda® Gum untuk menyebut bahan mentah baru berbasis biomaterial yang diambil dari butiran lumpur yang terbentuk saat proses pemurnian Nereda.  Dengan mengambil Kaumera dari lumpur yang telah dimurnikan, lumpur yang harus dibuang dan diproses bisa dikurangi hingga 20-35%. Tentu hal ini akan berdampak positif pada konsumsi energi dan emisi CO₂. 

Kaumera bisa menahan air, tetapi juga melepaskannya. Aplikasinya luas antara lain di bidang pertanian, yakni untuk mengurangi pencucian pupuk sehingga penyerapan oleh tanaman menjadi lebih baik. Di industri beton, Kaumera juga bisa digunakan untuk melapisi lantai beton karena sifat antiair tersebut. Jika dikombinasikan dengan bahan mentah lain, sifat Kaumera akan berubah. Kaumera adalah penguat dan penghubung antarbahan, misalnya sebagai bagian dari biokomposit ringan.



Selain Kaumera, ada juga teknologi Cellcap untuk memulihkan selulosa dari air limbah. Keduanya adalah contoh hasil inovasi teknologi untuk memanfaatkan air limbah. Dengan semangat ekonomi sirkular, pabrik pengolahan air limbah dilihat sebagai "pabrik" penghasil air bersih, energi terbarukan, dan sumber bahan mentah yang bernilai. Air limbah tidak sebatas diolah untuk mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi ada nilai tambah yang bisa diambil. 

Berbagai usaha telah, sedang, dan akan dilakukan demi mewujudkan bumi yang lebih bersih dan berkesinambungan. Mari berperan serta dengan menghasilkan limbah sesedikit mungkin. Di saat yang sama kita berupaya menghasilkan energi terbarukan dan bahan mentah yang dapat digunakan kembali sebanyak mungkin. 



Post a Comment

0 Comments